Daftar Isi:
Berita palsu diharapkan menjadi duri besar di sisi pemilihan presiden mendatang, belum lagi efek korosif keseluruhannya pada wacana publik kita secara umum. Dalam masyarakat yang terhubung saat ini, fakta yang membedakan dari fiksi menjadi semakin sulit, itulah sebabnya beberapa peneliti mulai fokus pada kekuatan kecerdasan buatan untuk mengatasi masalah ini.
Harapannya, tentu saja, adalah bahwa mesin, atau algoritma yang lebih akurat, akan lebih baik daripada manusia dalam menemukan kebohongan. Tetapi apakah ini harapan yang realistis, atau hanya kasus lain melempar teknologi pada masalah yang tampaknya sulit diatasi?
Untuk Menangkap Pencuri. . .
Salah satu cara yang direncanakan para ilmuwan data untuk mempertajam ketajaman AI di bidang ini adalah dengan memungkinkannya menghasilkan berita palsu. Allen Institute for AI di University of Washington telah mengembangkan dan merilis Grover secara publik, sebuah mesin pengolah bahasa alami yang dirancang untuk membuat cerita palsu tentang berbagai topik. Meskipun ini mungkin tampak kontraproduktif pada awalnya, ini sebenarnya merupakan taktik pelatihan AI yang cukup umum di mana satu mesin menganalisis output dari yang lain. Dengan cara ini, sisi analitik dapat ditingkatkan lebih cepat daripada mengandalkan berita palsu yang sebenarnya. Lembaga ini mengklaim bahwa Grover sudah dapat beroperasi pada peringkat akurasi 92%, tetapi penting untuk dicatat bahwa Grover hanya mahir membedakan antara konten yang dihasilkan AI versus konten yang dihasilkan manusia, yang berarti bahwa orang pintar masih bisa menyelinap cerita palsu melewatinya. (Untuk mempelajari lebih lanjut, lihat The Technologies Around Fighting Fake News.)